Minggu, 10 Desember 2017

penyakit DIC

    DEDefenisi

                  Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan- bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).
              Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
             Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury (Yan Efrata Sembiring, Paul Tahalele)
            Kesimpulan : Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.


Etiologi
ETI

Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Hipofibrinogenemia
2.      Trombositopenia ( merupakan penyebab tersering perdarahan abnormal, ini dapat terjadi akibat terkurangnya produksi trombosit oleh sum-sum tulang atau akibat meningkatnya penghancuran trombosit).
3.      Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah
4.      Fibrinolisis berlebihan.
Penyakit- penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai berikut:
1.      Infeksi ( demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia). Dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
2.      Komplikasi kehamilan ( solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan amnion).
3.      Setelah operasi (  operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi, splenektomi).
4.      keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut).
5.      Penyakit hati akut ( gagal hati akut, ikterus obstruktif).
6.      Trauma berat terjadi palepasan jaringan dengan jumlah besar ke aliran pembuluh darah. Pelepasan ini bersamaan dengan hemolisis dan kerusakan endotel sehingga akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah dalam jumlah yang besar kemudian mengaktivasi pembekuan darah secara sistemik


 Patofisiologi





     MANIFESTASI KLINIS
a.                  Perdarahan gusi
b.                  Perdarahan Mukosal
c.                   Batuk
d.                  Dyspnea
e.                  Bingung, disorientasi
f.                    Dema
g.      Kondisi yang dapat terjadi DIC antara lain :
h.      1.       Sepsis atau infeksi yang berat
i.        2.       Trauma ( Polytrauma, neurotrauma, emboli lemak )
j.        3.       Kerusakan organ ( Pankreatitis berat )
k.      4.       Malignancy ( Penyakit yang kondisinya buruk )
l.          Tumor padat dan Myeloproliferative/ lymphoproliferatif malignan
m.   5.       Kehamilan yang sulit
n.       Emboli caitran amniotik dan  Plasenta abrupsio
o.      6.       Kelainan Vaskuler
p.      Kasaback-mereritt syndrom dan Aneurisma vaskuler yang besar
q.      7.       Kerusakan hepar berat
r.       8.       Reaksi toxic atau imunologi yang berat
s.       a.       Digigit ular
t.        b.       Penggunaan obat-obatan terlarang
u.      c.        Reaksi transfusi
v.      d.       Kegagalan tranplantasi

    PEPEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan darah menunjukan hipofibrinogemia, terjadinya peningkatan produk hasil degradasi fibrin (D-dimer yang paling sensitif), trombositopenia dan waktu protrombrin yang memanjang (long prothrombin time). Diagnosis DIC tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu tes laboratorium, karena itu biasanya digunakan beberapa  hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berdasarkan kondisi klinik pasien.
Rendahnya trombosit pada DIC menandakan adanya aktivasi trombin yang terinduksi dan penggunaan trombosit. Memanjangnya waktu pembekuan menandakan menurunnya jumlah faktor pembekuan yang tersedia seperti vitaminK.
Pemeriksaan kadar penghambat pembekuan (AT III atau protein C) berguna untuk memberikan informasi prognostik. Pemeriksaan hasil degradasi fibrin seperti D-dimer, akan membantu untuk membedakan DIC dengan kondisi lain yang memiliki gejala serupa, pemanjangan waktu pembekuan dan turunnya trombosit, seperti pada penyakit hati kronik.

    PE PENATALAKSANAAN

1.     Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
2.                  Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv tiap 4-6 jam. Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga normal.
3.                  Terapi pengganti darah atau PRC diberikan untuk mengganti darah yang keluar. Bila dalam pengobatan yang baik, jumlah trombosit tetap rendah dalam waktu sampai seminggu, berarti tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan, sehingga dalam keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate.
4.                  Obat penghambat fibrinolitik. Bila perlu sekali, baru boleh diberikan sesudah heparin disuntikkan. Lama pengobatan tergantung dari perjalanan penyakit primernya. Bila penyakit primernya dapat diatasi cepat, misalnya komplikasi kehamilan dan sepsis, pengobatan DIC hanya perlu untuk 1-2 hari. Pada keganasan leukemia dan penyakit-penyakit lain dimana pengobatan tidak efektif, heparin perlu lebih lama diberikan. Pada keadaan ini sebaiknya diberikan heparin subkutan secara berkala. Antikoagulan lain jarang diberikan. Sodium warfarin kadang-kadang memberikan hasil baik yaitu:
a) Masa Protombin
b) Partial Thrombin Time (PTT)
PTT diaktifkan seharusnya juga memanjang pada DIC fulminan karena berbagai sebab sehingga parameter ini lebih berguna pada masa protrombin. Mekanisme terjdinya PTT normal atau memendek pada 40-50% pasien DIC sama seperti pada masa protrombin.
c) Kadar Faktor Pembekuan
Pemeriksaan kadar faktor pada pembekuan memberikan sedikit informasi yang berarti pada pasien DIC. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya pada kebanyakan pasien DIC fulminan faktor pembekuan yang aktif beredar dalam sirkulasi terutama F Xa, IXa dan trombin. Sebagai contoh jika F VIII diperiksa dengan pasien DIC dengan disertai peningikata F Xa, jelas F VIII yang dicatat akan tinggi karena dalam uji sistem F Xa melintas kebutuhan F VIII sehingga terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan cepat dengan waktu yang dicatat dalam kurva standar pendek, dan ini akan diinterpretasi sebagai kadar F VIII yang tinggi.
d) FDP
Kadar FDP akan meningkat pada 85-100% kasus DIC. Hasil degradasi ini akibat biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh plasmin, jadi secara tidak langsung menunjukkan bahwa jumlah plasmin melebihi jumlah normal dalam darah. Tes protamin sulfat atau etanol biasanya positif bila dalam sirkulasi darah ada fibrin monomer soluble.
e) D- Dimer
Suatu test terbaru untuk DIC adalah D-Dimer.D-Dimer merupakan hasil degradasi fibrin ikat silang yaitu fibrinogen yang diubah menjadi fibrin kemudian diaktifkan oleh factor XIII. D-Dimer tamapaknya merupakan tes yang paling dapat dipercaya untuk menilai kemungkinan DIC, Menunjukkan adanya D-Dimer apnormal pada 93% kasus, kadar AT III apnorml pada 89% kasus, kadar fibri nopeptida apnormal pada 88% kasus, dan titer FDP abnormal pada 75 % kasus.




penyakit DIC

     DEDefenisi                    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan- bekuan darah kecil ...